Saturday, October 22, 2011

FF - Connected [Part 2]



Junhyung POV

-Flashback-

Aku hanya melihatnya dengan tatapan dingin. Kubiarkan dia puas dengan ejekan nya. Akan ada saatnya dimana ejekan itu akan berubah menjadi penyesalan. Sampai kubuka semua yang telah dia lakukan pada Suzy.

-Flashback end-

Clak clak clak clak

Bunyi itu terus berulang di ruang cetak. 2 orang anggota kepolisian sedang mencuci gambar yang mereka dapat dari TKP. Sedang kan aku dan Inspektur Ji-hoon sibuk memeriksa barang bukti.

"Inspektur.. ada 2 sidik jari yang kudapat dari surat itu dan satu sidik jari lagi ditemukan oleh opsir itu di setir mobil. Salah satu sidik jari di surat dipastikan milik korban, salah satunya pasti milik si pelaku. Sedangkan sidik jari di setir mobil belum diketahui asal-usulnya." ujar ku.
"Simpan dulu di dekat komputer. Kita akan mengecek semua yang kita dapat setelah kembali menginterogasi orang-orang yang berada di ruang bawah." Inspektur Ji-hoon memberi tanda pada ku untuk mengikutinya.

Aku dan Inspektur Ji-hoon berlari menuruni tangga memutar yang berada di sebelah kiri lab. Dibawah sudah ada 4 saksi yang tadi pagi dipanggil kemari. Dan yang kami interogasi pertama kali adalah Kwon Ji-yong. Anak yang sangat-sangat tidak menyukai ku.



"Kwon Ji-yong. Benar?" Tanya Inspektur Ji-Hoon.
"Sudahlah tidak perlu basa basi. Apa yang harus kujawab?"
"Kau berada dimana kemarin sekitar pukul 4 sore sampai 7 malam?"
"Aku membeli minuman dan beberapa kue di minimarket dekat rumah ku. Tapi hanya beberapa menit saja. Tidak selama itu."
"Bagaimana Bae Sue-ji dimata mu?"
"Dia gadis baik, cantik.. dan dia tidak menyukai laki-laki sepertiku sudah pasti."
"Apa kau mengenal tulisan ini?" Inspektur Ji-hoon menyerahkan tulisan di surat itu pada Ji-yong.
"T.. tidak.. sepertinya."
"Baiklah, tolong ikuti dua orang ini. Sidik jari mu akan diambil oleh mereka. Dan kau, bisa tolong panggil orang selanjutnya?" perintah Inspektur Ji-hoon.
"Baik!" Jawab opsir yang lebih muda dari yang satunya lagi.

Ji-yong keluar dari ruangan itu dengan santai. Beberapa lama kemudian, masuk lah seorang laki-laki, lagi lagi seumuran dengan ku . Sedikit tersirat tanda diwajahnya kalau dia ketakutan. Entah karena apa.

"Park Sang Hyun" Ucap Inspektur Ji-Hoon.

Dengan hati-hati orang bernama Sang Hyun itu menarik kursi lalu duduk disitu.

"Kau berada dimana kemarin sekitar pukul 4 sore sampai 7 malam?"
"Dirumah.. mengerjakan tugas.." dia menjawab tanpa melakukan kontak mata dengan Inspektur Ji-hoon.
"Apa kau mengenal gadis ini?" selembar foto Suzy diletakan Inspektur Ji-hoon diatas meja interogasi.

Dia terdiam sebentar. Akhirnya saksi ini mau melakukan kontak mata dengan Inspektur. Dia menjawab pertanyaan Inspektur dengan setengah berbisik.

"Bae Sue-ji.."
"Bagaimana dia menurutmu?"
"Aku tidak mengenal dekat wanita itu.."
"Kalau begitu kau dari mana kalau namanya Bae Sue-ji??"
"Ka.. kakak..." Dia terlihat semakin ketakutan.
"Dimana kakak mu sekarang?"
"Aku.. tidak tau.. Dia.. bukan orang baik-baik.."
"Siapa nama kakak mu itu? Bisa kau ceritakan lebih detail tentang dia?"
"Sanda... Aigo! Apa yang telah aku lakukan!"


Keadaan mulai memanas. Orang bernama Sang Hyun itu terdiam mematung dengan wajah yang benar-benar pucat. Tiba-tiba..

Dia tiba-tiba meracau. Sudah dipastikan ada sesuatu yang sangat besar sedang disembunyikan dalam pembicaraan ini.

"Sang Hyun, hey Park Sang Hyun. Sudah, pembicaraan kita sudah selesai. Silahkan ikuti dua orang ini untuk pengambilan sidik jari. Selanjutnya silahkan masuk."

"Tunggu Sang Hyun.. kakak mu.. kakak mu.. Sandara Park?" Kuberanikan diri untuk bertanya kali ini.

Dia melirik ku dan kemudian menutup matanya. Dia langsung keluar dari ruang interogasi tanpa mengatakan apa-apa lagi.

"Hey Jun Hyung, kau mengenal orang bernama Sandara Park itu?"
"Teman sekelas Ji-yong. Kudengar.. wanita itu tergila-gila pada Ji-yong. Sampai-sampai dia pernah membela Ji-yong saat dia dipanggil kepala sekolah. Aku sedikit kepikiran.. apa mungkin dia membunuh hanya demi Ji-yong. Tapi.. aku tidak tau dia punya adik.."

Inspektur Ji-hoon hanya terdiam, lalu menyuruh saksi terakhir masuk ke ruang interogasi.

"Han Jin Guk, warga yang tinggal disekitar TKP." ucap Inspektur Ji-hoon.
"Ya."
"Bisa kau ceritakan apa saja yang terjadi kemarin? sekitar pukul 4 sore sampai 7 malam?"

Aku dan inspektur Ji-hoon mendengar cerita saksi kali ini dengan seksama.

"Pengingatan ku sedikit pudar tapi coba kuingat.. ah iya! Aku tidak ingat pukul berapa yang pasti langit sudah hampir gelap. Aku yang kebetulan sedang mandi mendengar suara benda yang jatuh ke danau. Lumayan keras. Aku langsung berpikiran kalau itu sampah yang biasanya dibuang oleh mobil kebersihan disana. Kebersihan danau disana memang tidak dijaga dengan baik, akhir-akhir ini uang kebersihan yang kami bayar entah disalurkan kemana. Ah iya, setelah itu aku langsung mengecek keadaan diluar. Tapi aku tidak lihat apa-apa. Air danau juga sudah mulai berhenti bergeming."

"Jadi sebelum itu kau masih melihat air di danau bergeming kan?" tanya ku dengan suara pelan.

"Ya.. mobil itu ditenggelamkan sekitar jam 6. Jika benar air danau itu masih sedikit bergeming ketika orang ini keluar.. berarti bisa kita ambil waktu pasti ditenggelamkan nya mobil itu 15 menit atau 20 menit sebelumnya. Sekitar jam 6 kurang mungkin?" Jawab Inspektur dengan bisikan juga. Setelah itu dia melanjutkan percakapannya dengan saksi itu.

"Apa kau mengenal wanita ini?"
"Tidak.. apa dia korban nya?"
"Begitulah. Sekarang silahkan kau ikuti dua opsir ini untuk pengambilan sidik jari. Setelah itu kau boleh pulang. Terima kasih banyak atas kesaksian mu. Kami akan memanggil anda lagi jika berkeperluan."

Dan akhirnya, interogasi pun selesai. Aku dan Inspektur Ji-hoon mengambil hasil sidik jari dari tiap saksi. 

"Nah Jun Hyung.. it's show time."

Aku menyalakan komputer di lab sedangkan Inspektur mencari-cari data tentang wanita bernama Sandara Park, yang dicurigai kakak kandung dari saksi tadi.
Aku memasukan data semua orang yang sudah diambil sidik jari nya. Setelah semua selesai di scan, barulah aku mencocokannya dengan sidik jari di surat dan setir mobil tadi.

DEG

trit.. trit.. trit!!

- tidak mungkin.. ini mustahil.. - batin ku

Satu sidik jari disurat adalah milik Ji-yong. Tapi.... sidik jari dari setir mobil itu sama sekali tidak mengandung kecocokan pada ketiganya.

"Hah? Mwo? Kau serius?" Inspektur Ji-hoon terkaget-kaget.
"Berarti ruang lingkup kita semakin meluas. Pencarian ini tidak mungkin berhasil dipecahkan selama 3-4 hari, inspektur..." ujar ku.
"Tunggu.. ini, data-data dari orang bernama Sandara Park itu, kudapat dari data SMU tempat saksi tadi bersekolah. Siswi kelas 2 SMU. Nilai cukup memuaskan. Disini tertera alamat dan dua nomer teleponnya. Mungkin kita bisa menghubungi salah satunya. Aku akan menyuruh opsir opsir tadi untuk menghubunginya."

Aku terdiam mematung. Membayang-bayang kan kejadian yang sebenarnya. Sebenarnya apa yang telah terjadi disini? kenapa semuanya dibuat begitu rumit?

POV end

***

Author POV

trllt.. trllt.. pip

"Yobosseyo?"
"Permisi, bisa berbicara dengan Sandara Park?"
"Maaf tapi rumah ini baru saja kami beli. Pemilik selanjutnya sudah pindah ke kota lain."
"Boleh kami tau kapan rumah ini dijual?"
"Sekitar 3 atau 4 hari yang lalu."
"Anu.. apa kau punya nomor telepon yang bisa kami hubungi?"
"Ini, nomor ponsel orang yang kau tanya tadi." orang di telepon itu mendiktekan nomornya satu persatu.
"Baiklah.. terima kasih banyak. Maaf sudah menganggu anda."

Opsir itu memutuskan teleponnya.

"Bagaimana?"
"Sisanya tinggal nomor ponsel ini. Orang yang tadi juga memberi nomor ini."
"Nomor ponsel ya.. kemungkinan sudah dibuang sangat besar. Tapi kita coba saja dulu. Siapa tau kita dapatkan petunjuk."
"Baik."

trllt..trllt..

- menyambung? - batin Jun Hyung.

Terdengar samar-samar nada sambung dari telepon di tangan opsir. Lagu dari seorang komposer terkenal yang biasanya aku dengar di area bermain.
Sungguh, orang ini benar-benar misterius. Dan membuat ku sedikit takut untuk menghadapi pelaku macam ini.

"Yobosseyo?"
"Yobosseyo. Bisa bicara dengan Sandara Park?"
"Hah? Tidak ada yang bernama Sandara Park disini." ujar suara seorang wanita.
"Tapi di data orang itu nomer ini adalah miliknya?"
"Tapi aku tidak tau dia siapa, tuan." jawab wanita itu.
"Sejak kapan nomor ini menjadi milik mu?"
"3 hari yang lalu aku baru membeli nya dari toko ponsel di Seoul, memang barang second tapi aku sedang membutuhkan ponsel akhir-akhir ini, setelah ponsel lama ku rusak karena jatuh."
"Baiklah. Terima kasih atas perhatian anda. Maaf sudah menganggu."

DEG

- mustahil, ini mustahil.. berarti ini.. - batin Junhyung.

Junhyung terdiam. Mimik wajahnya menunjukkan ketakutan yang luar biasa. Sangat jelas bahwa ini sudah direncanakan sebelumnya.

manusia macam apa yang sedang kami hadapi sekarang?! - batin ku

"Apa? ponselnya dijual??" tanya inspektur kaget.
"Iya, menurut kesaksian orang tadi. Ponsel ini juga dijual 3 hari yang lalu. Waktunya berdekatan dengan waktu dijualnya rumah itu."
"Mustahil.. baiklah, sekarang juga aku minta kalian mencari informasi apa saja tentang wanita bernama Sandara Park itu. Dan Junhyung, bisa kau bantu aku lagi di lab?" perintah inspektur Ji-hoon. Tapi jawaban dari Junhyung tidak seperti yang diharapkan oleh nya.

"Anu.. maaf Inspektur, bisa kah pencarian hari ini dilanjutkan tanpa kehadiran ku? aku tidak enak badan. Maaf kan saya, inspektur." ucap Junhyung dengan keringat bercucuran di pelipisnya.
"Mwo? kau sakit?? ne, apa boleh buat. Kau pulang lah, perlu aku antar?"
"Ah tidak perlu inspektur, terima kasih. Aku pulang dulu."

Junhyung langsung berpamitan pada inspektur Ji-hoon dan dua opsir tadi. Junhyung berjalan keluar dari kantor itu dengan wajah tertunduk sehingga tidak menyadari ada seseorang didepan nya.

BRUK!

Bahu mereka bertabrakan lumayan keras.

"Ah maaf saya tidak melihat anda." ujar wanita itu.
"Aku juga minta maaf. Kau tidak apa-apa kan?" 

Wanita tadi menggeleng dan langsung pergi sambil melirik ke arah Junhyung. Memberikan segaris senyum tulus. 

DEG

Junhyung merasa ada sesuatu yang mengganjal saat melihat wajah wanita tadi. Dia teringat akan sesuatu yang baru saja dicarinya

- wajah wanita tadi... wajah tadi... -

Junhyung berusaha memutar otaknya. Tiba-tiba..

"AH! tunggu!!" 

Ya, tidak salah lagi. Dia orang yang sedari tadi Junhyung dan inspektur cari. Junhyung dengan gesit berlari kearah tadi dia pergi. 

"hey!! kau yang tadi!! tunggu!!"

Junhyung berteriak sekeras mungkin disela mengejarnya. Wanita tadi melihat kebelakang disela ramainya orang-orang. Bukannya diam, wanita itu malah berlari lebih kencang ke arah halte bus. Mulai ada perasaan curiga yang timbul dalam diri Junhyung.

"hey!! Sandara Park!!"

Junhyung berlari menerobos kerumunan orang orang. Tapi terlambat, bus yang Sandara naiki langsung berjalan begitu saja.

"Sialan!! Padahal sedikit lagi! argh!" Junhyung menghentakan kakinya ke tanah.

Akhirnya dia hanya bisa duduk di halte bus ini, menunggu bus berikutnya datang dengan keringat bercucuran dari hasil pengejarannya yang sedikit sia-sia..

POV end 

***

Part 2 nya selesai jugaah~
gimana gimana? kasih comment dong, jadi author tau apa yg harus diperbaikin u,u
Oh iya, buat minggu depan author mau post lanjutan FF - Unseparated soalnya udah banyak yang nunggu hehe ._.v
don't be a silent reader please~ kekeke :3

No comments:

Post a Comment